Daftar Isi
- Fakta-fakta Covid-19 Subvarian Eris
Jakarta, CNN Indonesia —
Tren kasus infeksi virus corona penyebab Covid-19 di Indonesia tengah mengalami kenaikan. Kenaikan diduga dipicu oleh subvarian baru Eris atau EG.5 dan EG.2.
“Kasus Covid-19 [di Indonesia] naik karena ada subvarian baru EG.5 dan EG.2,” ujar Kepala Biro Komunikasi dan Pelayanan Publik Kementerian Kesehatan (Kemenkes) Siti Nadia Tarmizi saat dihubungi CNNIndonesia.com, Selasa (5/12).
Eris sendiri merupakan turunan dari varian Omicron. Hingga saat ini, Omicron masih menjadi varian yang mendominasi penularan Covid-19 di dunia.
Subvarian Eris juga sebenarnya bukan barang baru. Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) dan lembaga kesehatan lainnya tengah mewaspadai subvarian tersebut sejak awal tahun ini. Di Indonesia, subvarian Eris ditemukan pada Maret 2023 lalu.
Namun, kini tampaknya subvarian Eris kembali bergejolak di dunia, tak terkecuali di dunia. Kasus Covid-19 di RI sepanjang November tercatat mengalami peningkatan 58,9 persen dari Oktober.
Fakta-fakta Covid-19 Subvarian Eris
Agar lebih waspada, masyarakat perlu memahami beberapa fakta tentang Covid-19 subvarian Eris berikut ini.
1. Bisa menyebar dengan cepat
Virus corona penyebab Covid-19 subvarian Eris diyakini lebih cepat menular dibandingkan varian lainnya.
Pakar penyakit menular dari Berkeley’s School of Public Health John Swartzberg mengatakan bahwa subvarian satu ini tampaknya mengalahkan varian lainnya soal penyebaran.
“Ini dimulai dengan sangat lambat dan kemudian tampaknya semakin meningkat dalam hal [penularan] mengalahkan pendahulunya,” ujar Swartzberg, mengutip Insider.
2. Gejala cenderung ringan
Ilustrasi. Batuk, salah satu gejala Covid-19 subvarian Eris EG.5. (iStockphoto/champja)
|
Meski menyebar dengan cepat, beberapa pihak meyakini gejala yang ditimbulkan subvarian satu ini tak akan separah varian Corona lainnya.
Berikut beberapa gejala Covid-19 subvarian Eris yang biasa muncul:
– demam,
– kelelahan,
– batuk,
– sakit kepala,
– pilek.
“Mereka yang paling berisiko termasuk orang tua, orang dengan sistem kekebalan yang lemah, dan mereka yang memiliki penyakit kronis,” ujar Swartzberg.
3. Lolos dari sistem kekebalan tubuh
Berdasarkan laporannya, WHO menyebutkan bahwa subvarian Eris bisa lolos dari kekebalan tubuh.
Mengutip laman Yale Medicine, EG.5 disebut memiliki mutasi baru pada protein yang berpotensi menghindari sebagian kekebalan yang diperoleh setelah infeksi atau vaksinasi.
“Mirip dengan semua subvarian yang muncul. Ada kemampuan untuk menghindari kekebalan yang lebih tinggi,” ujar ahli penyakit menular Scott Roberts.
(asr/asr)
[Gambas:Video CNN]