Jakarta, CNN Indonesia —
Banyak warga lansia di Korea Selatan (Korsel) masih tetap bekerja meski telah pensiun. Saat ini, satu dari empat lansia berusia 70 tahun ke atas di negara tersebut mempunyai pekerjaan tertentu.
Banyak lansia yang masih bekerja demi menambah dana pensiun yang kecil. Mereka juga menyebutkan alasan lain termasuk mencari kepuasan dan memanfaatkan waktu mereka dengan lebih baik.
“Setelah pensiun, saya biasa menghabiskan waktu saya untuk hobi seperti jalan-jalan, tapi rasanya tidak ada artinya. Saya sedang mencari sesuatu yang memuaskan untuk dilakukan,” kata Cho Sung-whoi, warga Korsel berusia 71 tahun, seperti diberitakan Channel News Asia, Jumat (10/5).
Cho merupakan mantan insinyur pabrik yang saat ini bekerja sebagai kurir. Ia memperoleh gaji 40 ribu won Korea jika bekerja penuh waktu dan 20 ribu hingga 30 ribu won jika bekerja paruh waktu.
Lansia berusia 65 tahun ke atas merupakan 19 persen dari total populasi Korea Selatan yang berjumlah hampir 52 juta jiwa. Pada 2050, jumlah lansia diperkirakan bisa mencapai 44 persen karena populasi yang menua dengan cepat dan angka kelahiran yang rendah dalam sejarah.
Ketika angka harapan hidup meningkat, ada kekhawatiran para lansia akan menghabiskan waktu lebih lama setelah pensiun tanpa penghasilan atau tujuan hidup.
Sementara itu, Presiden Korea Selatan Yoon Suk-yeol mengatakan dalam konferensi media pada Kamis (9/5) bahwa ia akan berbuat lebih banyak untuk menciptakan lapangan kerja bagi para lansia, dan juga berjanji untuk meningkatkan dana pensiun. Pasalnya sebagian besar pekerja di negara itu didorong untuk pensiun pada usia 60 tahun, dan seringkali harus diturunkan ke pekerjaan kasar jika mereka ingin kembali bekerja.
Saat ini semakin banyak pusat ketenagakerjaan yang membantu mengidentifikasi perusahaan yang ingin mempekerjakan warga lanjut usia dan menawarkan pelatihan bagi mereka yang ingin beralih karier. Para konselor berpendapat bahwa banyak pencari kerja lansia menginginkan kepastian bahwa mereka masih memberikan kontribusi kepada masyarakat, dan dapat membuat perbedaan di tempat kerja.
“Banyak dari mereka yang kekurangan informasi mengenai peluang yang tersedia. Mereka seringkali merasa tidak yakin mengenai jenis pekerjaan apa yang dapat mereka lakukan dan keterampilan apa yang mereka butuhkan,” kata Direktur Pusat Dukungan Ketenagakerjaan Senior Seoul Park Joo-im.
“Meskipun setiap distrik menawarkan layanan konseling kerja, pusat-pusat ini cenderung menarik individu-individu muda, sehingga membuat para lansia agak terpinggirkan,”imbuhnya.
Korea Selatan mempunyai tingkat kemiskinan lansia tertinggi di antara 38 negara yang tergabung dalam Organisasi untuk Kerjasama Ekonomi dan Pembangunan (OECD). Sebanyak empat dari 10 warga lanjut usia di Korea Selatan hidup di bawah garis kemiskinan.
Namun, para ahli mengatakan situasi ini akan mereda karena perluasan cakupan pensiun secara bertahap, dan meningkatnya fokus pada penciptaan lapangan kerja bagi lansia dalam anggaran pemerintah.
(fby/isn)
[Gambas:Video CNN]