Lebih Berisiko, Dokter Sebut Filler Tak Biasa Diberikan pada Payudara

Lebih Berisiko, Dokter Sebut Filler Tak Biasa Diberikan pada Payudara


Jakarta, CNN Indonesia

Seorang perempuan meninggal dunia setelah melakukan suntik filler payudara di sebuah salon kecantikan di Yogyakarta. Perempuan berusia 27 tahun itu diduga menjadi korban malpraktik di salon tersebut.

Filler sendiri merupakan zat yang digunakan dalam tindakan kosmetik non-bedah. Zat ini biasanya berguna untuk menghilangkan kerutan, garis halus, dan bikin wajah jadi lebih kencang.

Namun, dokter spesialis kecantikan di Klinik Dermalogia Jakarta Arini Astasari Widodo mengatakan bahwa sejatinya filler tak biasa disuntikkan pada bagian payudara. Filler lebih umum diberikan pada bagian wajah.


ADVERTISEMENT


SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Arini curiga bahwa zat yang digunakan pada proses suntik filler di salon tersebut belum disetujui oleh Food and Drug Administration (FDA).

Filler pada payudara bukan indikasi filler yang FDA approved. Selain itu, penyuntikan filler merupakan prosedur medis dan harus dilakukan oleh dokter yang kompeten,” kata Arini saat dihubungi CNNIndonesia.com, Rabu (29/5).

Arini menjelaskan, payudara memiliki berbagai komponen yang membuat suntik filler jadi sangat berisiko tinggi. Misalnya, kelenjar susu dan pembuluh darah yang memberikan suplai ke seluruh bagian payudara.

Arini menegaskan, anatomi payudara berbeda dengan wajah. Pada wajah, penyuntikan filler akan dilakukan di lapisan lemak.

Hal ini jelas berbeda dengan bagian payudara. Penyuntikan di area lemak payudara akan lebih sulit karena jaringannya yang lebih longgar.

Filler yang masuk ke area kelenjar susu tentu bisa menyebabkan infeksi dan filler yang masuk ke pembuluh darah di payudara juga bisa menyebabkan kematian jaringan setempat, yang bisa menyebabkan daerah itu luka, ulkus dan berbagai masalah lainnya,” katanya.

Lagi pula, lanjut Arini, penyuntikan filler di area manapun harus dilakukan oleh tenaga kesehatan dan fasilitas yang telah mendapatkan izin. Ia menyebut, tak semua tenaga kesehatan bisa melakukan suntik filler.

Mereka yang berhak melakukan penyuntikan adalah seseorang yang memiliki kompetensi, serta memahami anatomi dan fisiologi tubuh dengan baik.

Suntik filler tanpa pemahaman medis mengenai prosedur, produk, anatomi, hingga cara kerja meningkatkan potensi komplikasi dan bisa berakibat fatal.

“Pokoknya jangan pernah melakukan tindakan filler selain di tempat yang merupakan fasilitas medis resmi,” kata dia.

(tst/asr)