Ayah Ibu, Ini 9 Pola Asuh yang Bikin Anak Cerdas dan Bahagia

Ayah Ibu, Ini 9 Pola Asuh yang Bikin Anak Cerdas dan Bahagia

Daftar Isi



Jakarta, CNN Indonesia

Keluarga punya kontribusi besar pada tumbuh kembang anak. Simak cara mengasuh anak agar tumbuh lebih cerdas dan bahagia.

Orang tua menginginkan yang terbaik buat anak. Tak heran anak disekolahkan di sekolah terbaik, difasilitasi minat dan bakatnya, juga diberi nutrisi lengkap.

Tak hanya itu, cara pengasuhan pun tak kalah penting.


ADVERTISEMENT


SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Ingin anak tumbuh lebih cerdas dan bahagia? Cek cara mengasuh anak berikut ini.

1. Baca atau nonton tayangan berita dan berdiskusi

Dari politik sampai perubahan iklim, topik-topik seperti ini tak masalah didiskusikan bersama anak.

“Orang tua dapat menonton berita bersama anak-anaknya agar mengetahui isu-isu yang akan dibahas di kelas,” ujar Katherine Palmer, seorang guru di Calgary, Kanada, mengutip Business Insider.

Membicarakan peristiwa penting membantu anak mengartikulasikan pandangan pribadi mereka. Selanjutnya, mereka berkesempatan berpikir kritis dan melatih kemampuan komunikasi.

2. Tidak apa-apa melakukan kesalahan

Rasa frustrasi dan putus asa ketika menghadapi kegagalan adalah wajar. Ketrampilan yang perlu dipelajari adalah menjadikan kegagalan sebagai pembelajaran.

Saat anak gagal dan melakukan kesalahan, orang tua perlu merangkul anak dan tidak serta merta menghukum mereka. Anak perlu diajarkan bahwa kegagalan adalah bagian dari pembelajaran dan dorong anak untuk terus berusaha.

3. Berikan pujian atas usaha anak




Ilustrasi. Berikan pujian, salah satu cara mengasuh anak agar tumbuh cerdas. (Istockphoto/ SDI Productions)

Guru dan kepala bagian akademik di Varsity Tutors Brian Galvin menuturkan, pemberian imbalan atas nilai yang bagus tidak terlalu berpengaruh.

“Ketika orang tua menghargai upaya, antusiasme dan kemauan untuk mencoba hal-hal baru (dan mungkin gagal), kemungkinan besar siswa akan terus melakukan upaya yang mengarah pada kesuksesan,” katanya.

4. Tak perlu overprotective

Pola asuh ‘helikopter’ memungkinkan anak dilindungi orang tua tapi berujung pada dosis yang tak semestinya. Orang tua yang overprotective secara tidak sadar membuat anak kesulitan memecahkan masalah sendiri.

Mengutip Inc, membiarkan anak melakukan kesalahan dan mengembangkan ketahanan serta akal sangat penting untuk menyiapkan kesuksesan mereka.

5. Screen time dibatasi

Screen time alias waktu anak menatap layar perlu dibatasi. Banyak riset membuktikan hubungan screen time dengan obesitas anak, pola tidur tidak teratur, dan masalah perilaku.

Dorong anak untuk jadi konsumen aktif. Dampingi anak selama screen time dan ajak mereka diskusi tentang apa yang ditonton.

6. Berikan contoh

Orang tua sebaiknya lebih banyak memberikan teladan, bukan ceramah bermuatan nasihat. Anak menirukan apa yang dilakukan orang tua.

Anda menasihati anak untuk membuang sampah pada tempatnya. Tentu saja Anda juga harus melakukannya.

7. Belajar dari anak

Bayangkan ada hal yang membuat Anda bersemangat. Anda tentu ingin menceritakannya pada dunia. Kemudian, bayangkan ini terjadi pada anak.

Biarkan anak jadi ‘guru’ yang memberitahu Anda segala sesuatu yang mereka dapat di sekolah atau lingkungan. Anak pun akan terbuka dengan apa yang membuat mereka senang dan nyaman.

8. Biarkan anak bermain




Ilustrasi anak berenangIlustrasi. Biarkan dia bermain, salah satu cara mengasuh anak agar tumbuh cerdas. (iStock/AleksandarNakic)

Bermain adalah cara anak memahami dunia. Masa anak-anak memang sebaiknya dihabiskan dengan bermain dan orang tua perlu menyediakan waktu buat mereka bermain atau bermain bersama anak.

“Ketika anak-anak melakukan apa yang mereka sukai, mereka akan menghadapi sekolah formal dan tantangan pribadi dengan lebih antusias,” kata Benjamin Newton, salah pendiri penitipan anak Vivvi, New York.

9. Biarkan anak merasakan emosi

Orang tua cenderung ingin menghilangkan perasaan buruk yang dialami anak. Bisa dipahami bahwa orang tua tidak ingin anaknya sedih atau merasakan emosi negatif lain.

Saat orang tua menyuruh anak tidak menangis atau mengatakan semua baik-baik saja, anak bisa menganggap bahwa emosi negatif itu bukan hal yang baik.

“Anak-anak harus belajar bahwa tidak apa-apa bagi mereka untuk mengalami berbagai emosi,” kata psikolog klinis Alyssa Austern.

(els/asr)

[Gambas:Video CNN]