Budaya FOMO Punya Andil Dorong Banyak Orang Berjudi Online


Jakarta, CNN Indonesia

Judi online kini marak jadi perbincangan. Banyak orang terjun ke dalam lingkaran ini meski telah kalah berulang kali.

Berdasarkan data Pusat Pelaporan dan Analisis Transaksi Keuangan (PPATK), Indonesia menembus rekor tertinggi transaksi judi online mencapai Rp327 triliun pada tahun 2023.

Jumlah ini meningkat signifikan sebanyak 213 persen pada tahun 2022 dengan total sebanyak Rp104,41 triliun.


ADVERTISEMENT


SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Sosiolog Universitas Padjadjaran Hery Wibowo menilai kini orang menganggap judi online sebagai sesuatu yang rasional.

“Zaman dulu mencari penghasilan atau hiburan dari judi itu tidak rasional karena risikonya besar. Tapi hari ini, bermain judi online sudah mulai jadi pikiran yang rasional,” ujar Hery saat dihubungi CNNIndonesia.com, Jumat (14/6).

Faktor ekonomi, lanjut Hery, tak jadi satu-satunya hal yang mendorong orang terus-menerus melakukan judi online

“Jadi judi ini tidak harus kaitannya dengan ekonomi. Jadi tidak lagi memikirkan untung rugi, tapi memacu adrenalinnya sehingga ada kepuasan tertentu setelah mengikuti itu,” jelas Hery.

Ia juga menyoroti peran teknologi yang semakin masif. Akibatnya, judi online menjadi semakin merajalela karena semua orang dapat mengakses dan menyebarluaskan situs judi online.

Hery juga menyoroti peran selebriti dan influencer yang turut andil dalam menyebarkan judi online. Hal ini menarik masyarakat untuk terlibat di dalamnya.

Pengaruh dan ajakan yang berulang-ulang ini membuat judi online terlihat semakin rasional bagi banyak orang.

“Jadi ajakan yang berulang-ulang bisa membuat orang memilih melakukan ini [judi online], menjadi rasional buat dia. Ini semua orang pake kok, ini temen saya pake kok, ini tetangga saya juga ikut kok, dan lain-lain,” tutur Hery.

Apalagi, kini budaya FOMO (fear of missing out) yang kian masif di tengah masyarakat. Masyarakat di zaman kiwari, lanjut Hery, cenderung mengikuti hal yang diikuti oleh banyak orang lain.

“Orang merasa tertinggal jika tidak ikut mencoba. Yang lain sudah coba, kenapa saya belum?” ungkap Hery.

‘Gambling disorder’ tak terkendali




Ilustrasi judi online. (iStock/Wpadington)

Dalam kesempatan berbeda, psikolog di Unit Anak dan Remaja Sajiva RSK Jiwa Dharmawangsa Mira Amir mengungkapkan bahwa gangguan perjudian atau gambling disorder umumnya terjadi tanpa terkendali.

Berjudi, lanjut Mira, didorong juga oleh sifat dasar manusia yang selalu mencari kepuasan. Sering kali, hal tersebut dilandasi oleh rasa penasaran yang tinggi.

“Tapi sebenarnya, mereka [orang yang berjudi] menaruh harapan untuk bisa mendapatkan yang lebih lagi, lebih lagi. Itu, sihbasic di manusia,” ujar Mira kepada CNNIndonesia.com, Jumat (14/6).

Namun begitu, Mira mengingatkan bahwa perilaku judi bisa terus menurun dari generasi ke generasi. Dengan kata lain, ibarat penyakit menular, ‘virus’ judi bisa berpindah dari orang-orang terdekat.

“Bisa menurun dari kebiasaan orang terdekatnya, contohnya orang tua. Bisa jadi pemantik rasa penasaran itu, meskipun dia lihat dari orang tuanya manfaatnya buruk,” katanya.

Menghentikan kebiasaan berjudi sendiri, lanjut Mira, tak semudah yang dibayangkan. Dibutuhkan terapi yang panjang, apalagi jika seseorang tersebut sudah masuk dalam taraf ‘kecanduan’ judi.

“Untuk mencegah biar berhenti kayaknya enggak cukup dinasihati ya. Harus ada treatment-nya dan bisa panjang, karena kita harus melihat kondisi psikologisnya untuk memenuhi kekosongan dalam dirinya itu,” tutup Mira.

(sya/asr)

[Gambas:Video CNN]