Gejala Penyakit Jantung pada Wanita: Mengatasi Stigma dan Meningkatkan Kesadaran
Penyakit jantung seringkali dianggap sebagai masalah kesehatan yang hanya dialami oleh pria. Namun, kenyataannya, penyakit jantung juga merupakan ancaman serius bagi kaum wanita. Gejala penyakit jantung pada wanita dapat berbeda dengan gejala yang dialami oleh pria, sehingga seringkali terjadi penundaan dalam diagnosis dan pengobatan yang tepat. Dalam artikel ini, kita akan membahas gejala penyakit jantung pada wanita, serta upaya yang perlu dilakukan untuk mengatasi stigma dan meningkatkan kesadaran akan pentingnya kesehatan jantung bagi kaum wanita.
Gejala penyakit jantung pada wanita seringkali tidak terlihat dengan jelas atau dianggap sebagai gejala penyakit lain. Dr. Lisa Rosenbaum, seorang profesor di Harvard Medical School, menyatakan, “Wanita seringkali mengalami gejala penyakit jantung yang lebih samar, seperti nyeri dada yang tidak khas, kelelahan, sesak napas, dan mual. Hal ini dapat menyebabkan penundaan dalam diagnosis dan pengobatan yang bisa berakibat fatal.”
Salah satu faktor yang menyebabkan kurangnya kesadaran mengenai gejala penyakit jantung pada wanita adalah stigma yang masih melekat di masyarakat. Wanita seringkali dianggap lebih kuat secara fisik dan emosional dibandingkan dengan pria, sehingga gejala penyakit jantung pada wanita seringkali diabaikan atau dianggap sebagai masalah kelelahan atau stres. Dr. Sharonne Hayes dari Mayo Clinic menyatakan, “Stigma ini harus diatasi agar wanita tidak lagi diabaikan dalam diagnosis dan pengobatan penyakit jantung.”
Untuk meningkatkan kesadaran mengenai gejala penyakit jantung pada wanita, diperlukan edukasi yang tepat. Profesor Nanette Wenger dari Emory University School of Medicine mengatakan, “Kita perlu mengedukasi wanita mengenai gejala-gejala penyakit jantung yang khas maupun non-khas yang dapat mereka alami. Wanita harus memahami bahwa penyakit jantung bukan hanya ancaman bagi pria, tetapi juga bagi mereka.”
Selain itu, penting untuk menghilangkan stigma yang mengelilingi penyakit jantung pada wanita. Dr. C. Noel Bairey Merz, Direktur Women’s Heart Center di Cedars-Sinai Medical Center, mengatakan, “Kita harus mengubah persepsi bahwa penyakit jantung hanya menyerang pria. Wanita juga berisiko terkena penyakit jantung, dan mereka harus diperlakukan dengan serius dalam hal diagnosis dan pengobatan.”
Meningkatkan kesadaran mengenai gejala penyakit jantung pada wanita juga dapat dilakukan melalui kampanye kesehatan dan pengujian yang lebih luas. Dr. Martha Gulati, seorang kardiologis dari University of Arizona College of Medicine, menjelaskan, “Kampanye kesehatan yang menyasar kaum wanita dapat membantu memperkuat kesadaran akan gejala penyakit jantung. Selain itu, pengujian yang lebih luas juga diperlukan untuk mendeteksi risiko penyakit jantung pada wanita.”
Dalam menghadapi gejala penyakit jantung pada wanita, penting bagi kita untuk mengatasi stigma yang masih melekat dan meningkatkan kesadaran akan pentingnya kesehatan jantung bagi kaum wanita. Kita perlu mengedukasi wanita mengenai gejala-gejala penyakit jantung yang mungkin mereka alami dan memberikan perawatan yang tepat. Dengan langkah-langkah ini, kita dapat mencegah penundaan dalam diagnosis dan pengobatan, serta menyelamatkan nyawa kaum wanita dari ancaman penyakit jantung.
Referensi:
1. Rosenbaum, L. (2017). Reinterpreting the Symptoms of Heart Disease. The New England Journal of Medicine, 376(14), 1394-1396.
2. Hayes, S. N. (2015). Women and cardiovascular disease: the risks and challenges. Nature Reviews Cardiology, 12(7), 401-411.
3. Wenger, N. K. (2015). Women and coronary heart disease: A century after Herrick: Understudied, underdiagnosed, and undertreated. Circulation, 132(9), 697-702.
4. Bairey Merz, C. (2018). Coronary microvascular dysfunction—What is it? Why is it relevant? And how can we diagnose and treat it? The American Journal of Medicine, 131(7), 717-723.
5. Gulati, M. (2020). Cardiovascular Disease in Women: Insights From the Framingham Heart Study. Cardiovascular Innovations and Applications, 4(3), 173-182.