Jakarta, CNN Indonesia —
Koleksi terbaru Daniel Roseberry untuk Schiaparelli yang diberi nama “The Phoenix” mendefinisikan kembali batas-batas haute couture dengan menghormati inovasi dan semangat transformatif Elsa Schiaparelli.
Jajaran gaun dan mantel untuk koleksi haute couture musim dingin 2024/25 dipamerkan di Paris, Perancis, Senin (24/6). Koleksi ini merupakan perpaduan antara penghormatan sejarah dengan kreativitas kontemporer, menangkap esensi warisan Schiaparelli sambil mendorong batas-batas mode modern.
Koleksinya dibuka dengan gambaran burung phoenix mistis yang melambangkan kelahiran kembali dan pembaruan. Tema ini sangat selaras dengan sejarah Maison Schiaparelli dan kemampuannya untuk menemukan kembali dirinya dan kreasinya. Daniel Roseberry sendiri merupakan satu-satunya couturier asal Amerika yang bekerja untuk rumah mode Prancis.
“Seorang enterpreneur yang ‘berubah bentuk’, ia mengaburkan batas antara fesyen dan seni, serta kehidupan dan seni”, jelas Roseberry kepada CNNIndonesia.com.
Potongan-potongan di koleksi ini dibuat dengan cermat. Seperti yang diungkapkan Roseberry sendiri, proses pembuatan tampilan ini transparan, mulai dari sketsa hingga bahan akhir. Setiap langkah bahkan terlihat dalam presisi dan detail pakaian.
“Setiap gaun, setiap bustier, setiap sepatu, setiap helai bulu beludru yang terlipat, atau triple organza spike, berusaha [dibuat untuk] menarik perhatian”, lanjutnya.
Siluetnya sangat jelas serta menekankan ketertarikan Schiaparelli terhadap bentuk yang berani dan tidak lazim. Koleksi ini menampilkan serangkaian desain luar biasa, termasuk gaun, bustier, dan sepatu yang tampak melampaui materialitasnya hingga menjadi sebuah karya seni.
Misalnya, ada gaun yang dihiasi bulu organza sutera trompe l’oeil dengan ujung mutiara, menciptakan ilusi ringan dan bergerak yang memikat.
Penggunaan bulu mengingatkan pada keanggunan Anna Pavlova dalam pertunjukan balet The Dying Swan.
Koleksi Roseberry ini adalah sebuah studi yang kontras, di mana elemen baju besi hidup berdampingan dengan material halus. Salah satu bagian yang menonjol adalah gaun berhiaskan bulu phoenix yang diberi warna krom, yang sekaligus membangkitkan rasa perlindungan dan keindahan. Dualitas ini adalah tema yang berulang di seluruh koleksinya, di mana polkadot kuningan menambah sentuhan industrial yang elegan.
Koleksi teranyar Schiaparelli bertajuk “The Phoenix”. (CNN Indonesia/Fandi Stuerz)
|
Koleksi ini juga memberi penghormatan kepada akar surealis Schiaparelli. Contoh penting adalah penyertaan sebuah gaun dengan bustier dan punggung dalam bentuk sepatu hak, yang jelas mengacu pada Shoe Hat karya Schiaparelli untuk musim dingin 1937/1938. Karya itu merupakan hasil kerja sama Schiaparelli dengan pelukis surealis Salvador Dali. Karya ini bahkan digambarkan oleh Metropolitan Museum of Art (MoMA) sebagai ‘puncak absurditas surealis’.
Pakaian tersebut tidak hanya menarik secara visual, tetapi juga dipenuhi dengan rasa misteri dan kedalaman. Roseberry ingin membangkitkan emosi yang terkendali melalui desainnya, menantang penonton untuk melihat melampaui permukaan. Niat ini terlihat jelas dalam detail yang rumit dan narasi desain yang lebih luas.
Koleksi ini tidak dapat dideskripsikan tanpa menyebut sederet korset yang luar biasa. Bustier terstruktur dan siluet yang pas menonjolkan kehebatan teknis di balik setiap bagian.
Keahliannya sempurna, menampilkan proses padat karya yang mendefinisikan haute couture yang sebenarnya. Penggunaan material mewah seperti triple organza dan bulu beludru semakin menambah kemewahan koleksi ini.
Aksesori juga memainkan peran penting dalam narasi “The Phoenix”. Liontin telur, motif yang berulang dalam karya Schiaparelli, melambangkan potensi dan kelahiran kembali. Liontin ini, bersama dengan elemen unik lainnya seperti pelindung bulu burung phoenix. Sementara detail kuningan tempa menyatukan koleksi ini secara tematis.
Setiap aksesori yang dibuat oleh atelier Marine Billet dirancang tidak hanya untuk melengkapi pakaian, tetapi juga untuk menceritakan kisahnya sendiri dalam konteks koleksi yang lebih luas.
Ia menekankan bahwa karya Schiaparelli tidak sekadar dibeli. Karya-karya itu dikumpulkan, dihargai, dan dihormati.
“Baru-baru ini saya diberitahu bahwa orang tidak sekedar membeli Schiaparelli, mereka mengoleksinya,” ujarnya.
Hubungan intim antara pemakai dan pakaian ini-lah yang menjadikan haute couture begitu istimewa. Roseberry menghormati hubungan ini dengan memberikan wanita kekuatan untuk mengubah dirinya melalui kreasinya. Tak aneh saat banyak undangan penting mengenakan couture saat menghadiri show ini.
Koleksi haute couture teranyar Schiaparelli bertajuk “The Phoenix”. (CNN Indonesia/Fandi Stuerz)
|
Suasana pertunjukan juga sama mempesonanya. Pertunjukan menggunakan latar yang memberikan kesan keanggunan dunia lain.
Berlokasi di Hotel Salomon de Rothschild, Paris, suasana begitu kuat dengan latar hitam dan pencahayaan chandelier.
Tak lupa juga musik pengiring yang dikurasi dengan cermat, membawa penonton ke dunia Schiaparelli yang fantastis.
Pengalaman imersif ini diperkuat dengan cara para model melenggang di atas runway. Mereka mewujudkan kualitas halus dari desain yang dikenakan.
Ini adalah bukti warisan abadi Elsa Schiaparelli dan kemampuannya melampaui waktu melalui penemuan kembali yang terus-menerus.
Roseberry telah berhasil menghormati masa lalu sambil dengan berani merencanakan masa depan.
Setiap karyanya adalah sebuah aplikasi karya seni. Dirancang untuk membangkitkan emosi, menginspirasi kekaguman, dan memberdayakan pemakainya untuk menjalani perjalanan transformatif mereka sendiri.
(asr/asr)
[Gambas:Video CNN]