Mitos dan Fakta seputar Penyakit Jantung Rematik yang Perlu Diketahui
Penyakit jantung rematik adalah salah satu penyakit yang masih sering disalahpahami oleh masyarakat. Banyak mitos yang berkembang seputar penyakit ini, sehingga seringkali membuat penderita jantung rematik merasa khawatir dan tidak mendapatkan penanganan yang tepat. Oleh karena itu, penting bagi kita untuk mengetahui mitos dan fakta seputar penyakit jantung rematik agar bisa memberikan perlindungan dan perawatan yang terbaik.
Mitos pertama yang seringkali beredar adalah bahwa jantung rematik hanya menyerang orang dewasa. Padahal, fakta yang sebenarnya adalah penyakit ini dapat menyerang siapa saja, termasuk anak-anak. Dr. Soedjatmiko, Sp.JP(K), dari Rumah Sakit Harapan Kita, Jakarta, menjelaskan bahwa jantung rematik dapat terjadi akibat infeksi tenggorokan yang tidak diobati dengan baik. Oleh karena itu, penting bagi siapa saja, terutama anak-anak, untuk menjaga kesehatan tenggorokan dan mengobati infeksi secara tuntas.
Mitos kedua yang perlu dipecahkan adalah bahwa jantung rematik tidak berbahaya. Hal ini sangat tidak benar, karena penyakit jantung rematik dapat menyebabkan kerusakan permanen pada jantung dan mempengaruhi kualitas hidup penderitanya. Dr. Ratih Purwita, Sp.JP(K), dari RSUP Dr. Hasan Sadikin, Bandung, mengungkapkan bahwa jantung rematik dapat menyebabkan gangguan pada katup jantung, sehingga mempengaruhi aliran darah yang seharusnya lancar. Jika tidak ditangani dengan baik, penyakit ini dapat menyebabkan gagal jantung dan komplikasi lainnya.
Mitos ketiga yang perlu diperhatikan adalah bahwa jantung rematik hanya bisa disembuhkan dengan pengobatan alternatif. Faktanya, jantung rematik memerlukan penanganan medis yang tepat, termasuk penggunaan antibiotik untuk mengatasi infeksi tenggorokan yang menjadi penyebab utama penyakit ini. Dr. Muhammad Arifin, Sp.JP(K), dari RSUP Dr. Sardjito, Yogyakarta, menekankan pentingnya penanganan medis yang komprehensif dalam mengatasi jantung rematik. Pengobatan alternatif tidak dapat menggantikan perawatan medis yang memadai.
Mitos keempat yang seringkali salah kaprah adalah bahwa penderita jantung rematik tidak boleh beraktivitas fisik. Hal ini tidak sepenuhnya benar, karena apabila dilakukan dengan pengawasan dan rekomendasi dokter, aktivitas fisik ringan hingga sedang bahkan dianjurkan untuk menjaga kesehatan jantung. Prof. Dr. dr. Budi Yuli Setianto, Sp.JP(K), FIHA, FICA, FAsCC, dari Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, mengungkapkan bahwa olahraga teratur dapat meningkatkan kekuatan dan daya tahan jantung, selama tidak dilakukan secara berlebihan.
Mitos terakhir yang perlu diketahui adalah bahwa jantung rematik tidak bisa dicegah. Sebenarnya, jantung rematik dapat dicegah dengan mengobati infeksi tenggorokan dengan tepat dan menjaga kesehatan tubuh secara keseluruhan. Prof. Dr. dr. Amiliana M. Soesanto, Sp.JP(K), dari RSUP Dr. Kariadi, Semarang, menegaskan pentingnya peran pencegahan dalam mengurangi risiko terkena jantung rematik. Dengan menjaga kebersihan diri, kesehatan tenggorokan, dan melakukan vaksinasi yang tepat, kita dapat mengurangi kemungkinan terjadinya infeksi yang bisa berujung pada penyakit jantung rematik.
Dalam kesimpulannya, mitos seputar penyakit jantung rematik perlu diketahui agar kita bisa memberikan perawatan yang tepat dan mencegah penyebaran informasi yang salah. Pendidikan masyarakat mengenai penyakit ini sangat penting agar penderita jantung rematik dapat hidup dengan lebih baik dan bebas dari kekhawatiran. Jangan ragu untuk berkonsultasi dengan dokter spesialis jantung untuk mendapatkan penanganan yang lebih lanjut dan informasi yang akurat mengenai penyakit ini.