Jakarta, CNN Indonesia —
Absennya sosok ayah tak cuma berpengaruh pada anak, tapi juga pada ibu.
Kondisi ini kerap dikenal dengan sebutan fatherless. Kondisi ini diartikan sebagai hilangnya sosok ayah yang menemani tumbuh kembang anak atau saat ayah tak berperan maksimal dalam pengasuhan si kecil.
Psikolog anak di Unit Anak dan Remaja Sajiva RSK Jiwa Dharmawangsa Mira Amir mengatakan bahwa absennya kehadiran ayah atau fatherless ini berpengaruh signifikan pada perkembangan anak dan kebahagiaan istri.
Ia mengungkapkan bahwa kehadiran ayah penting bagi perkembangan kognitif anak. Kehadiran ayah membantu anak mengembangkan kemampuan problem solving yang baik.
“Peran ayah ini salah satunya dibutuhkan untuk mengembangkan kemampuan anak untuk menemukan problem solving yang efektif, membantu anak untuk mendapatkan kematangan kognitif yang baik,” ungkap Mira pada CNNIndonesia.com, beberapa waktu lalu.
Mira menjelaskan, pada anak perempuan, kehadiran ayah membantu mencapai kematangan kognitif yang baik pada usia 7-8 tahun, termasuk urusan problem solving.
Sedangkan bagi anak laki-laki, kata Mira, ayah berfungsi sebagai role model dalam menentukan sikap dan perilaku sebagai pria. Dengan begitu, anak jadi tak punya role model dalam hidupnya.
Mira juga mengatakan, dampak fatherless akan berbeda pada masing-masing anak tergantung situasi yang dihadapi.
Namun, secara umum, mengutip Psychology Today, para peneliti menemukan beberapa dampak buruk yang dialami anak fatherless.
Misalnya, anak-anak yang merasa tidak aman dan mudah membenci. Hal ini terjadi karena anak cenderung melibatkan ayah dalam proses mengontrol emosinya.
Saat anak harus bergumul dengan emosi mereka sendiri, maka akan muncul rasa benci terhadap diri sendiri.
Berdampak juga pada istri
Ilustrasi. Tak cuma pada anak, fatherless juga berdampak pada kehidupan istri. (Istockphoto/ Fizkes)
|
Selain pada anak, ketidakhadiran sosok ayah juga berpengaruh terhadap istri. Mira mengatakan, dukungan suami sangat penting bagi keyakinan ibu dalam mengasuh anak.
“Dukungan ayah bagi ibu itu membentuk keyakinan diri. Merupakan dukungan yang signifikan bagi ibu untuk memberikan parenting bagi anak-anaknya karena dia merasa di-support, kan,” tutur Mira.
Ketika ayah tidak hadir dan tidak memberikan dukungan, beban pengurusan anak menjadi lebih berat bagi ibu.
Mira menggarisbawahi bahwa efek dari fatherless kepada istri memengaruhi pada kondisi emosi yang lebih kurang stabil sehingga akan berpengaruh negatif terhadap anak-anak.
Dalam konteks baby blues, misalnya, kehadiran dan dukungan emosional dari suami dapat mengurangi gejala dan mempercepat pemulihan.
“Karena kondisi baby blues itu yang dibutuhkan memang support keluarga. Jadi, ya, suami perlu siaga,” ujarnya.
(sya/asr)
[Gambas:Video CNN]