Jakarta, CNN Indonesia —
Setiap tanggal 25 Juni dirayakan sebagai Hari Vitiligo Sedunia. Perayaan ini digelar untuk meningkatkan kesadaran tentang vitiligo, yang mungkin masih dianggap tabu oleh sebagian masyarakat.
Perayaan vitiligo juga didedikasikan untuk meningkatkan pemahaman, mengurangi stigma, hingga mempromosikan dukungan bagi pengidap vitiligo.
Melansir Only My Health, vitiligo merupakan kondisi yang menyebabkan seseorang kehilangan pigmen warna di kulit. Kondisi ini terjadi saat sel-sel penghasil pigmen berhenti berfungsi atau mati.
Hilangnya warna ini bisa memengaruhi bagian tubuh mana pun termasuk mulut, rambut, hingga mata. Kondisi ini paling jelas terlihat saat penderitanya memiliki warna kulit gelap.
Menukil laman Global Vitiligo Foundation, sekitar 70 juta orang di dunia kini hidup dengan kondisi vitiligo.
Tahun ini, Hari Vitiligo Sedunia dirayakan dengan mengangkat tema “United by the skin”. Tema ini menekankan pentingnya mengenali dan mengapresiasi kecantikan unik setiap individu pengidap vitiligo.
Tema ini juga mendorong setiap orang melihat vitiligo sebagai kondisi yang harus diterima dan tak perlu disembunyikan.
Sejarah Hari Vitiligo Sedunia
Hari Vitiligo Sedunia pertama kali diperingati pada 2011 lalu. Perayaan pertamanya diprakarsai oleh organisasi nirlaba Vitiligo Support and Awareness Foundation (VITSAF) yang kemudian diadopsi secara global dan dirayakan di seluruh dunia.
Pemilihan 25 Juni sebagai Hari Vitiligo Sedunia juga dilakukan sekaligus untuk memperingati kematian Michael Jackson, salah satu individu paling terkenal yang diketahui menderita vitiligo.
Mendiang Michael Jackson jadi salah satu alasan digelarnya Hari Vitiligo Sedunia. (AFP/PASCAL GEORGE)
|
Perjuangan Jackson dengan kondisi ini membawa perhatian besar terhadap vitiligo. Menyoroti perlunya kesadaran dan pemahaman yang lebih besar bagi individu dan orang-orang di sekitarnya.
Gerakan ini dimulai untuk membawa vitiligo, sebagai penyakit yang terlupakan, ke tengah perbincangan masyarakat.
Selama bertahun-tahun, tujuan perayaan ini meluas dari meningkatkan kesadaran akan adanya pengabaian sosial, intimidasi, dan trauma psikologis yang dialami pengidap vitiligo.
(tst/asr)
[Gambas:Video CNN]