Jakarta, CNN Indonesia —
Dalam beberapa waktu ke belakang, gejala demam berdarah dengue (DBD) disebut mengalami perubahan. Tak ada lagi bintik-bintik merah yang dialami pasien.
Kepala Biro Komunikasi dan Pelayanan Publik Kemenkes RI Siti Nadia Tarmizi membenarkan adanya laporan terkait. Gejala klinis berupa bintik-bintik merah tak lagi ditemukan.
“Jadi, orang bisa demam, tiga hari kemudian tiba-tiba masuk ke dalam kondisi syok tanpa ada gejala perdarahan,” ujar Nadia usai konferensi pers Hospital Based di Jakarta, Senin (6/5), mengutip detikHealth.
Namun demikian, menurut Nadia, hal ini perlu ditelaah lebih lanjut. Ia menduga gejala bintik-bintik merah tetap ada, namun tersembunyi di bagian tubuh tertentu.
“Memang agak sulit [ditemukan] karena bintik-bintik merah itu, kan, tempatnya tersembunyi. Mungkin di punggung tangan, di punggung badan, sehingga tidak jelas,” katanya.
Pakar epidemiologi Universitas Griffith Australia Dicky Budiman menyebut, perbedaan gejala DBD yang terjadi pasca-pandemi utamanya terjadi di daerah dengan kasus penularan tinggi seperti Jawa Barat.
Tak ada lagi gejala klasik seperti bintik merah dan mimisan yang biasanya terjadi saat kadar trombosit nge-drop. Hal ini, menurut Dicky, berhubungan dengan Covid-19.
“Ini jelas satu hal yang berkaitan dengan imunitas atau reaksi imun yang cukup kompleks untuk diketahui. Artinya, menurut saya, ya, bisa jadi ada pengaruh dari seseorang setelah dia terinfeksi Covid-19. Karena, bicara Covid-19, kan, ada perubahan dalam imunitas seseorang. Jadi dia lebih rentan sebetulnya,” jelas Dicky.
Hal ini, lanjut Dicky, menandakan bahwa bahaya Covid-19 tak lantas hilang meski pandemi telah dinyatakan usai. Pasien yang mengalami gejala long Covid, terpapar virus lebih dari dua kali, dan yang belum mendapatkan vaksinasi berisiko mengalami perubahan gejala tersebut.
(asr/asr)
[Gambas:Video CNN]