Jakarta, CNN Indonesia —
Puasa intermiten jadi salah satu jenis puasa yang banyak dilakukan saat ini. Puasa ini dianggap efektif untuk menurunkan berat badan tapi juga disebut-sebut menyehatkan.
puasa intermiten adalah pendekatan diet yang bergantian antara periode makan dan puasa.
Dalam metode ini, pelaku diet intermiten membatasi waktu makan mereka menjadi beberapa jam sehari atau hari tertentu dalam seminggu, dan berpuasa di sisa waktu tersebut.
Selama masa puasa, tubuh tidak memiliki cukup glukosa untuk energi, sehingga tubuh malah memecah simpanan lemak, suatu proses yang disebut ketosis.
Namun dalam penelitian terbaru, puasa intermiten ini disebut bisa bermanfaat untuk pasien diabetes tipe 2.
Penelitian ini melibatkan lebih dari 200 peserta dan berlangsung selama 18 bulan, para peneliti dari University of Adelaide dan South Australian Health and Medical Research Institute membandingkan dua pola makan yang berbeda, yaitu diet puasa intermiten dengan batasan waktu dan diet rendah kalori.
Studi ini dipublikasikan di jurnal ilmiah Nature Medicine.
Mengutip SCMP, meskipun peserta yang melakukan kedua diet tersebut mengalami jumlah penurunan berat badan yang sama, mereka yang berpuasa selama tiga hari dalam seminggu, hanya makan antara jam 8 pagi dan 12 siang pada hari tersebut, menunjukkan toleransi yang lebih besar terhadap glukosa setelah enam bulan.
Hal ini dibandingkan mereka yang melakukan diet rendah kalori setiap hari diet, menurut penulis senior, Profesor Leonie Heilbronn dari Universitas Adelaide.
“Peserta yang mengikuti diet puasa intermiten lebih sensitif terhadap insulin dan juga mengalami penurunan lipid darah yang lebih besar dibandingkan mereka yang melakukan diet rendah kalori,” tambahnya.
Meskipun perbedaan antara kedua kelompok penelitian di Australia hilang setelah 18 bulan, penelitian ini menyoroti manfaat pendekatan intervensi pola makan yang baru, kata Profesor Alice Kong dari departemen kedokteran dan terapi di Chinese University of Hong Kong.
“Masih terlalu dini untuk mengatakan bahwa pendekatan ini jauh lebih baik daripada pendekatan tradisional berupa pembatasan kalori (berkenaan dengan toleransi glukosa).Seperti yang Anda lihat, efeknya hilang setelah 18 bulan, dan efek jangka panjang dari IF dan diet dengan batasan waktu belum terbukti.”
“Bukan hanya kapan atau seberapa sering kita makan, tapi juga apa dan seberapa banyak, serta konsisten dengan kebiasaan ini, dapat membantu kita mempertahankan gaya hidup sehat dan meminimalkan risiko terkena diabetes tipe 2.”
(chs)
[Gambas:Video CNN]