Validasi Diagnosis Kanker Payudara dengan Spesifik


Jakarta, CNN Indonesia

Kanker payudara merupakan salah satu jenis kanker yang paling umum menyerang wanita di Indonesia. Deteksi dini yang akurat dan spesifik menjadi kunci utama untuk meningkatkan peluang kesembuhan secara menyeluruh.

Seiring dengan perkembangan teknologi kesehatan, terdapat pemeriksaan lanjutan yang disebut Imunohistokimia (IHK) untuk membantu dokter mendiagnosis dan menentukan pengobatan yang tepat.

Pemeriksaan yang dilakukan oleh dokter spesialis patologi anatomi ini bukan hanya sekedar pemeriksaan lanjutan, ini adalah revolusi dalam cara mendeteksi dan mengklasifikasikan subtipe molekuler kanker payudara.


ADVERTISEMENT


SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Pemeriksaan IHK dilakukan pada sampel biopsi yang diambil dari tumor payudara. Melalui pemeriksaan ini, dokter dapat mengetahui status hormonal dan Human Epidermal Growth Factor Receptor 2 (HER2) pada sel kanker.

Status hormonal menunjukkan apakah sel kanker sensitif terhadap hormon estrogen dan progesteron, sedangkan HER2 menunjukkan tingkat protein HER2 pada sel kanker.

Status hormonal pada kanker payudara menunjukkan apakah sel kanker memiliki reseptor yang dapat berinteraksi dengan hormon estrogen dan progesteron. Kehadiran reseptor ini menandakan bahwa kanker dapat merespons dengan baik terhadap terapi hormonal.

Dengan demikian, kanker payudara dikategorikan menjadi Hormon Reseptor Positif (HR+) atau Hormon Reseptor Negatif (HR-), yang masing-masing memerlukan pendekatan pengobatan yang berbeda.

Menurut Dokter Spesialis Patologi Anatomi dari Mayapada Hospital Jakarta Selatan, dr. Rizky Ifandriani Putri, Sp.PA, pertumbuhan sel kanker pada kanker payudara yang termasuk dalam subtipe HR+ umumnya lebih lambat dibandingkan dengan subtipe HR-.

“Kanker payudara HR+ menandakan bahwa sel kanker memiliki reseptor hormon estrogen dan/atau progesteron yang aktif, di mana reseptor hormon ini memungkinkan sel kanker merespons dan tumbuh di bawah pengaruh hormon estrogen dan/atau progesteron,” paparnya dalam keterangan tertulis, Senin (22/4).

“Sedangkan pada jenis kanker payudara HR- sel kanker kekurangan reseptor hormon dan sel kanker cenderung tumbuh lebih cepat serta agresif,” lanjut dia.

Ia melanjutkan, pemeriksaan penting lainnya adalah keberadaan HER2 di permukaan sel kanker payudara. HER2 merupakan protein yang berperan dalam pertumbuhan dan pembelahan sel.

Pada sebagian kasus kanker payudara dengan jumlah atau aktivitas HER2 yang meningkat, dapat berakibat pada pertumbuhan kanker yang agresif. Berdasarkan status HER2, kanker payudara dikategorikan menjadi dua subtipe, yaitu kanker payudara HER2 positif (HER2+) dan kanker payudara HER2 negatif (HER2-).

“HER2+ mengacu pada jenis kanker payudara di mana sel-sel kanker mengekspresikan protein HER2 dalam jumlah atau aktivitas yang berlebihan dan cenderung tumbuh dan menyebar lebih cepat. Sedangkan kanker payudara HER2- tidak memiliki ekspresi protein HER2 yang berlebihan dengan prognosis yang bervariasi,” imbuhnya.

Di sisi lain, Dokter Spesialis Penyakit Dalam Konsultan Hematologi Onkologi Medik Mayapada Hospital Jakarta Selatan, Dr. Wulyo Rajabto, menyatakan bahwa pemeriksaan IHK akan mendukung para dokter menyesuaikan rencana pengobatan berdasarkan kategori kanker dengan memberikan kombinasi terapi yang tepat dan lebih spesifik.

Ia pun mengungkapkan metode terapi yang biasa dilakukan untuk kanker payudara HR positif, HR negatif, HER2 positif, dan HER2 negatif.

“Karena sifatnya yang tumbuh di bawah pengaruh hormon, jenis kanker payudara HR+ sering kali merespons baik terhadap terapi hormonal. Kanker payudara HR+ biasanya diobati dengan terapi hormon untuk memblokir efek estrogen dan menghambat pertumbuhan sel kanker. Sedangkan kanker payudara HR- biasanya diobati dengan kemoterapi, terapi target, dan dalam beberapa kasus, imunoterapi,” jelasnya.

Dr. Wulyo pun menekankan pengobatan kanker payudara bervariasi tergantung pada subtipe HER2 dari tumor tersebut. Pada kasus kanker payudara HER2 positif, terapi yang ditargetkan sering digunakan, menggunakan obat-obatan yang dirancang khusus untuk menyerang sel-sel kanker yang menunjukkan ekspresi HER2 yang tinggi.

Obat-obatan ini bekerja dengan menghambat sinyal yang memicu pertumbuhan sel kanker. Di sisi lain, kanker payudara dengan HER2 negatif biasanya diobati dengan pendekatan kemoterapi dan imunoterapi.

Dr. Wulyo juga menyebutkan bahwa terdapat kasus-kasus kanker payudara yang memiliki kombinasi subtipe, yang memerlukan strategi pengobatan yang disesuaikan.

“Namun, selain dari yang sudah disebutkan, ada juga beberapa kasus kanker payudara dengan kombinasi subtipe,” tegas dia.

Menanggapi hal ini, Dokter Spesialis Penyakit Dalam Konsultan Hematologi Onkologi Medik dari Mayapada Hospital Kuningan yang juga Ketua Tumor Board Oncology Center Mayapada Healthcare Group, Prof. Dr.dr. Ikhwan Rinaldi, mengungkapkan bahwa ada beberapa kasus kanker payudara dengan kombinasi karakteristik.

Ia pun memberikan contoh HR positif/HER2 negatif, HR negatif/HER2positif, atau bahkan triple negatif, di mana tidak memiliki reseptor hormon esterogen, progesterone, dan protein HER2.

“Kesimpulannya, kanker payudara bukanlah suatu penyakit tunggal, melainkan terdiri dari kumpulan subtipe beragam dengan penanda biologis yang berbeda-beda. Oleh karena itu, pemeriksaan IHK sangat penting agar dokter dapat mengembangkan metode pengobatan yang ditargetkan dan meningkatkan peluang keberhasilan perawatan bagi individu yang terkena kanker payudara,” ujarnya.

Selain itu, Prof. Ikhwan juga menyarankan bahwa skrining rutin dan deteksi dini adalah kunci dalam memerangi kanker payudara di Indonesia, karena hal ini dapat membantu para onkolog untuk lebih cepat dan akurat dalam memberikan pengobatan.

Perawatan kanker yang optimal membutuhkan kolaborasi tim dokter dari berbagai disiplin ilmu, diiringi serangkaian langkah yang terintegrasi. Dalam hal ini, memilih rumah sakit yang tepat dengan fasilitas lengkap, termasuk laboratorium patologi anatomi dan layanan komprehensif untuk penanganan kanker payudara, merupakan langkah penting bagi Anda dan keluarga.

Salah satu pilihan tepat di Indonesia adalah Mayapada Hospital, rumah sakit swasta berstandar internasional yang menawarkan layanan terpadu untuk penanganan kanker. Saat ini, Mayapada Hospital hadir di berbagai lokasi strategis seperti Jakarta, Tangerang, Bogor, Bandung, dan Surabaya, dengan layanan unggulan bernama Oncology Center untuk menangani berbagai kasus kanker kompleks.

Oncology Center Mayapada Hospital menyediakan layanan menyeluruh dengan fasilitas terkini, mulai dari pencegahan, deteksi dini, diagnosis, pengobatan, hingga terapi berkelanjutan untuk tumor dan kanker.

Didukung oleh tim profesional multidisiplin yang terjalin erat, Oncology Center Mayapada Hospital menerapkan layanan yang berpusat pada pasien (patient centric) dan mengutamakan mutu, keselamatan, serta pengalaman pasien (patient experience) di setiap langkah perawatan.

Lebih dari itu, Mayapada Hospital Jakarta Selatan juga telah meraih akreditasi internasional JCI, sebuah pengakuan prestisius yang melambangkan standar tertinggi untuk lembaga kesehatan.

Mengacu pada standar protokol internasional yang ketat, Mayapada Hospital juga memiliki Tumor Board yang aktif memberikan rencana perawatan yang tepat, serta memiliki layanan patient navigator beranggotakan tim medis dan penunjang medis untuk mendampingi pasien dalam menjalani perawatan kanker.

(rir)