Maraton Aman dan Optimal, Persiapan Matang dan Teknik Tepat


Jakarta, CNN Indonesia

Maraton, olahraga yang dulunya eksklusif bagi atlet, kini telah menjadi fenomena global yang merangkul semua lapisan masyarakat. Di Indonesia sendiri, saat ini tengah mengalami ledakan jumlah kegiatan maraton, dari yang menantang batas fisik dengan lomba lari 42km, hingga jarak yang lebih pendek 21km (half marathon), 10km, dan 5km untuk pemula.

Namun, Dokter Spesialis Kedokteran Olahraga dari Mayapada Hospital Bandung, dr. Alvin Wiharja, SpKO, MMRS, menyampaikan di balik beragam manfaat dan keseruannya, lari juga menyimpan risiko cedera jika tidak dipersiapkan dengan baik, benar, teratur dan terukur.

Beberapa faktor risiko tersebut seperti teknik lari yang kurang tepat, postur tubuh yang tidak optimal, pakaian dan sepatu olahraga yang tidak sesuai, dan adanya riwayat cedera. Oleh karena itu, diperlukan persiapan agar aman dari cedera, performa optimal, serta mampu memberikan manfaat baik bagi tubuh.


ADVERTISEMENT


SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

“Olahraga lari bukan hanya meningkatkan kekuatan otot dan kepadatan tulang, tetapi yang utama juga meningkatkan kesehatan jantung dan pembuluh darah, mencegah dan mengurangi risiko penyakit-penyakit metabolisme seperti diabetes dan kolesterol,” ujarnya dalam keterangan tertulis, Senin (6/5).

Di samping itu, ia melanjutkan, lari juga bermanfaat untuk menjaga dan mencapai berat badan ideal, bahkan dapat memberikan manfaat psikologis seperti meningkatkan suasana hati, mengurangi stres serta rasa cemas.

Maka dari itu, dr. Alvin menyarankan untuk meningkatkan daya tahan jantung, paru, dan kekuatan otot, latihan fisik sebaiknya dimulai antara tiga bulan hingga satu tahun sebelum berpartisipasi dalam lari.

Istirahat yang cukup dan mengonsumsi makanan berkarbohidrat sederhana seperti buah-buahan atau roti 1-2 jam sebelum berlari untuk menyediakan energi yang diperlukan juga penting.

Tak hanya itu saja, ia menambahkan, hidrasi yang baik juga penting untuk mencegah cedera akibat sengatan panas, dengan minum air putih sebelum, selama, dan setelah berlari.

“Kenyamanan dalam berlari dan penggunaan apparel yang tepat juga berperan untuk mengurangi risiko cedera, oleh karena itu penting bagi kita untuk menggunakan pakaian yang ergonomis dan sepatu yang sesuai dengan bentuk kaki,” imbuh dia.

Di sisi lain, Dokter Spesialis Kedokteran Olahraga dari Mayapada Hospital Jakarta Selatan, dr. Taufan Favian Reyhan, Sp.KO, menekankan pentingnya konsultasi dengan profesional untuk merancang program lari yang disesuaikan dengan tujuan dan kondisi kesehatan masing-masing peserta

“Lari bukan tentang memaksakan diri untuk menjadi yang tercepat, namun jadikan lari sebagai olahraga yang menyenangkan dengan manfaat yang optimal,” pesannya.

Maka dari itu, ia menganjurkan untuk melakukan skrining risiko cedera dan mengevaluasi riwayat kesehatan untuk meminimalkan risiko dan mencapai tujuan dengan cara yang aman.

Menurutnya, Dokter Spesialis Kedokteran Olahraga dapat merancang program latihan fisik yang disesuaikan dengan kondisi tubuh individu, termasuk pencegahan cedera dan teknik lari yang tepat, yang dikenal sebagai running guide.

Di tengah semakin menjamurnya acara kompetisi lari maraton di berbagai wilayah memasuki pertengahan 2024 ini, tidak ada salahnya untuk mempersiapkan diri dengan berkonsultasi bersama Dokter Spesialis Kedokteran Olahraga agar performa lari optimal sesuai dengan kondisi dan kebutuhan fisik kita secara lebih spesifik.

Sebagai informasi, Mayapada Hospital memiliki salah satu layanan unggulan bernama Sports Injury Treatment & Performance Center (SITPEC) yang fokus untuk menangani cedera olahraga dan meningkatkan performa olahraga. Layanan ini terdapat pada Mayapada Hospital yang berada di wilayah Jakarta, Tangerang, dan Bandung.

(rir)