Mau Wisata Alam Tanpa Diganggu Nyamuk? Liburan ke Pulau Ini Saja

Jakarta, CNN Indonesia

Saat berlibur ke alam, sungai, hutan, atau tebing, barangkali kamu pernah mengeluh tentang banyaknya nyamuk yang mengganggu saat wisata di sana.

Selain mengganggu keasyikan dan kenyamanan liburan karena rasa gatal, eksistensi nyamuk seringkali mengancam gigitan yang bisa mengakibatkan gangguan kesehatan, seperti malaria hingga demam berdarah.

Namun, ada pulau wisata di Maladewa yang tidak dihidupi nyamuk di dalamnya. Adalah Pulau Kunfunadhoo yang diklaim tidak ada hewan terbang penghisap darah itu di dalamnya.


ADVERTISEMENT


SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Kunfunadhoo merupakan pulau pribadi yang dikelola oleh resor Soneva Fushi. Resor itu telah berhasil memberantas kehidupan nyamuk di pulau itu.

Mereka melakukan pemberantasan nyamuk dengan memperkuat keberadaan tanaman dan hewan tropis di sana. Selain itu, kerja sama juga dilakukan dengan perusahaan Biogents asal Jerman yang mengembangkan perangkap nyamuk yang mengandalkan pemikat ramah lingkungan.

“Kami telah mencari cara untuk mengendalikan nyamuk tanpa menggunakan bahan kimia,” kata Direktur Kesadaran Sosial dan Lingkungan Soneva, Arnfinn Oines, seperti dilansir dari CNN Travel.

Oines mengungkapkan pemberantasan juga sebenarnya bisa dilakukan dengan metode pengasapan panas dan penghembusan kabut, tetapi cara iru bisa menimbulkan ketidaknyamanan bagi orang-orang di sana, hanya membunuh nyamuk dewasa, dan membunuh populasi serangga lain.

Sistem Biogents baru digunakan pertama kali oleh Soneva pada tahun 2019 dan menggunakan dua jenis perangkap. Dengan total 500 perangkap, semuanya ditempatkan di sekitar pulau.

Jenis pertama adalah BG-GAT, perangkap pasif untuk nyamuk yang sudah menggigit manusia dan mencari tempat bertelur. Kedua adalah BG-Mosquitaire CO2 untuk nyamuk yang mencari mangsa darah manusia dengan konsepnya yang meniru kulit manusia.

“BG-Mosquitaire CO2 unik dan efektif karena mensimulasikan manusia dengan menggunakan CO2 dan bau keringat,” ujarnya.

Perangkap itu berbau dan bernafas seperti manusia agar memikat serangga. Hasilnya, ribuan nyamuk terperangkap dalam beberapa minggu pertama.

Selain menggunakan perangkap, resor ini juga menghindari perkembangbiakan nyamuk dengan mengurangi benda yang bisa menampung air seperti batok kelapa.

Program ini dinilai sukses dan mencatat penurunan drastis nyamuk di pulau itu hingga 98 persen pada tahun pertama.