Penulisan Nama Bikin Susah Pemegang Paspor Malaysia dan Singapura

Penulisan Nama Bikin Susah Pemegang Paspor Malaysia dan Singapura


Jakarta, CNN Indonesia

Paspor merupakan dokumen penting yang tidak hanya berfungsi sebagai bukti identitas yang sah bagi pemegangnya, tetapi juga sebagai izin untuk melakukan perjalanan internasional.

Paspor berguna untuk memverifikasi identitas pemegang saat memasuki atau meninggalkan wilayah mereka. Memuat informasi penting seperti nama lengkap, tanggal lahir, foto, tanda tangan, dan informasi lain.

Namun, format penulisan nama pada paspor yang dikeluarkan oleh Malaysia dan Singapura telah menimbulkan tantangan unik dalam sistem komputer maskapai penerbangan dan aplikasi online.


ADVERTISEMENT


SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Seperti dikutip South China Morning Post (SCP), kedua negara ini tidak memisahkan nama depan dan belakang secara eksplisit, yang sering kali menyebabkan kebingungan dan kesalahan dalam pengolahan data penumpang.

Kebingungan ini mengakibatkan antrean panjang di bandara dan kesulitan bagi pemegang paspor saat melakukan pemesanan atau check-in online. Masalah ini diperparah oleh konfigurasi nama yang berbeda dari konvensi nama belakang dan nama depan yang umum di banyak negara lain.

Sebagai contoh, dalam beberapa kasus, nama keluarga mungkin ditulis terlebih dahulu atau seseorang mungkin memiliki beberapa nama tanpa pembatas yang jelas antara nama depan dan belakang.

Prediksi Unik: Satu Nama Keluarga untuk Seluruh Jepang?

Di sisi lain, sebuah studi yang dipimpin oleh ekonom Jepang dari Universitas Tohoku telah memprediksi skenario yang menarik. Jika Jepang terus menerapkan hukum yang mengharuskan pasangan menikah untuk menggunakan nama keluarga yang sama, maka pada tahun 2531, semua orang Jepang dapat memiliki nama keluarga yang sama, yaitu ‘Sato’,seperti yang dilansir dari South China Morning Post.

Prediksi ini didasarkan pada hukum yang berasal dari tahun 1898, yang sering kali mengharuskan wanita untuk mengubah nama keluarganya setelah menikah. Berbeda dengan negara-negara besar lainnya, di mana perubahan nama setelah pernikahan lebih merupakan kesepakatan daripada persyaratan hukum.

Implikasi dari hukum ini tidak hanya berdampak pada identitas individu tetapi juga dapat mempengaruhi keberagaman budaya dan tradisi yang terkait dengan nama keluarga di Jepang.

(anm/wiw)

[Gambas:Video CNN]